Ridwan Kamil Soroti Indeks Kebahagiaan Dalam Pertemuan PBB di Kenya

By Abdi Satria


nusakini.com-Kenya- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memaparkan sederet inovasi dan kolaborasi yang digagas Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat dalam pembangunan serta peningkatan kualitas hidup perkotaan saat menjadi pembicara pada 1st United Nations (UN)-Habitat Assembly di Nairobi, Kenya, Senin (27/5). 

Emil – sapaan akrabya - mengatakan bahwa pada tahun 2050, 70 persen masyarakat dunia akan tinggal di perkotaan. Karena lonjakan jumlah penduduk yang sulit direm, kota akan berubah menjadi tempat yang diselimuti polusi. 

Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan problem tersebut. Pertama tentu saja menekan jumlah urbanisasi. Jika cara tersebut sulit direalisasikan, maka pemerintah, kata Emil, wajib meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat perkotaan. Salah satunya dengan mengubah kebahagiaan menjadi kebijakan. 

“Ketika saya menjadi Walikota Bandung, saya menjadikan kebahagiaan sebagai prioritas. Bagaimana mengubah kebahagiaan menjadi kebijakan. Kami mengumpulkan data dan bertanya kepada masyarakat tentang kehidupan mereka. Kami mendengarkan dan mengukur kualitas hidup pada sepuluh dimensi,” ucapnya. 

Dari 10 dimensi tersebut, kata Emil, pihaknya merangkum dua dimensi yang paling berpengaruh dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat perkotaan, yakni keharmonisan keluarga dan interaksi sosial. Dua dimensi itulah yang kemudian menjadi landasan dia dalam menyusun kebijakian dan pembangunan infrastruktur. 

“Kita membangun beberapa infrastruktur sosial. Saya kemudian melihat dan menyadari bahwa membangun infrastruktur sosial akan berdampak besar kepada kebahagiaan.,” katanya. 

“Saya bekerja dengan komunitas, pebisnis, akademisi, dan media, untuk merancang program. Program tersebut nantinya bertujuan untuk meningkatkan keharmonisan keluarga dan meningkatkan interaksi sosial,” lanjutnya. 

“Ini dikenal sebagai formula pentahelix,” katanya. 

Menurut Emil, infrastruktur sosial dapat menciptakan peluang bagi orang untuk bertemu dan membangun komunikasi. Salah satu contohnya adalah penyediaan fasilitas seperti kursi dan meja di trotoar. 

“Kami dengan cermat mendesain ulang jalan. Jalan harus menjadi panggung merayakan identitas, merayakan budaya, dan merayakan kehidupan,” katanya. 

Emil pun mengajak pemerintah kota di seluruh dunia untuk memasukkan kebahagiaan saat menyusun kebijakan, supaya kualitas kehidupan masyarakat perkotaan terjamin. 

“The New Urban Agenda meminta kita untuk menghargai kualitas hidup. Saran saya, Anda harus mempertimbangkan pendekatan yang berpusat pada kebahagiaan. Identifikasi kebutuhan dengan mendengarkan masyarakat. Cari tahu apa yang membuat mereka bahagia,” katanya.(p/ab)